Kamis, 06 Oktober 2011

Emma Yohanna : "PAUD itu Penting"


Sebelum masuk Sekolah Dasar (SD) sangatlah penting anak mengikuti dulu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di usia dini, PAUD akan memberikan rangsangan terhadap otak anak yang mau masuk ke Sekolah Dasar, dalam menunjang kreativitas dan perkembangan emosional ketika beranjak dewasa. Emma Yohana Anggota DPD RI dari Komite III sekaligus Ketua Yayasan Citra Al Madina, mengatakan, PAUD adalah pendidikan sebelum memasuki pendidikan dasar yang merupakan pembinaan sejak dini yang dari lahir sampai dengan usia enam tahun. "Dengan PAUD secara tidak langsung anak diberikan rangsangan pendidikan agar pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani,” ujarnya.

Penerapan pendidikan menitikberatkan kepada pertumbuhan anak dan perkembangan fisik dengan koordinasi motorik halus dan kasar. “Juga melatih kecerdasan seperti daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, sosiologi emosional dalam pembentukan sikap, juga perilaku serta agama," ungkap Emma.

Dunia Anak : "Tuan, Jangan Kauganggu Permainanku ini"

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag (Kepala PAUD Citra Almadina)

Orang bijak senantiasa berkata : "Pada anak kamu akan temukan kebeningan". Karena itu pulalah, suatu waktu, dahulu, pujangga besar India, Rabindranath Tagore mengatakan bahwa anak adalah pesan Tuhan. Kehadiran anak menunjukkan Tuhan tidak pernah bosan pada manusia, demikian Tagore. Karena itu, temukanlah ketulusan, kebeningan dan keluguan pada anak-anak. Berbahagialah orang yang selalu mau belajar pada anak-anak. Dengarlah apa yang dinukilkan Sapardi Joko Damono dengan "Ditangan Anak-Anak" berikut :

Di tangan anak-anak
Kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk pada gelombang
Menjelma burung .yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan
Di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci.
"Tuan, jangan kauganggu permainanku ini."



Lalu, penyair legendaris Libanon, sang maestro Gibran Kahlil Gibran melihat anak sebagai perwujudan Cinta orang tua dalam "Sang Tanya Anak"

Konon pada suatu desa terpencil
Terdapat sebuah keluarga
Terdiri dari sang ayah dan ibu
Serta seorang anak gadis muda dan naif!

Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu!
Ibu! Mengapa aku dilahirkan wanita?
Sang ibu menjawab,”Kerana ibu lebih kuat dari ayah!”
Sang anak terdiam dan berkata,”Kenapa jadi begitu?”

Sang anak pun bertanya kepada sang ayah!
Ayah! Kenapa ibu lebih kuat dari ayah?
Ayah pun menjawab,”Kerana ibumu seorang wanita!!!
Sang anak kembali terdiam.

Dan sang anak pun kembali bertanya!
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ayah?
Dan sang ayah pun kembali menjawab,” Iya, kau adalah yang terkuat!”
Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya.

Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain.
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ibu?
Ayah kembali menjawab,”Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!”
“Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?” Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan.

Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan. “Kerana engkau adalah buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam. Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!

Dan kau adalah segalanya buat kami.
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami.
Tawamu adalah tawa kami.
Tangismu adalah air mata kami.
Dan cintamu adalah cinta kami.

Dan sang anak pun kembali bertanya!
Apa itu Cinta, Ayah?
Apa itu cinta, Ibu?
Sang ayah dan ibu pun tersenyum!
Dan mereka pun menjawab,”Kau, kau adalah cinta kami sayang..”



Keingintahuan mereka tentang buku dan ilmu pengetahuan .... mencengangkan !
(Kunjungan ke Toko Buku Gramedia)

Mereka memahami bagaimana mulianya pekerjaan "om-om" Pemadam Kebakaran
(Kunjungan ke Dinas Pemadam Kebakaran)

Mereka melihat dengan kekaguman, bukan perasaan takut pada "om" Polisi
(Kunjungan ke Mapolda Sumatera Barat)

Kami cinta Indonesia, lihatlah, kami terus belajar untuk "khusuk" dalam Upacara Bendera
(17 Agustusan di Halaman Depan PAUD Citra Al Madina Padang)

Kunjungan ke Padang TV

Laut Ciptaan dan Karunia Allah
(Outing ke Pantai Padang)


Manasik Haji


(Kunjungan ke Bank Indonesia)


Ayooo nak, berbaris rapi. Kita kedatangan tamu, Teacher Takada Kota dari Tokyo. Lihatlah, Teacher Kota sudah berdiri di depan. Mari menyanyi Kokoronotomo !

Mendampingi "anak-anakku" murid PAUD Citra Al Madina dalam berbagai kegiatan outing
(Foto : koleksi pribadi)



Foto : Koleksi Pribadi Imla

Nak .... Mari Berkebun, Mari Cintai Lingkungan

"Berkebun buat anak berkembang potensi inderanya", demikian penggalan kalimat dalam sebuah artikel di salah satu Tabloid keluarga. "Karena itu, ajak-lah anak anda sedari dini ke kebun ataupun berkebun !". Indera penglihatan akan terasah melalui berbagai warna dan bentuk tanaman yang dilihat. Membedakan aroma beragam bunga akan mengasah indera penciumannya. Indera peraba dengan merasakan berbagai tekstur, tanah hingga biji-bijian. Indera pendengaran melalui suara serangga, desir angin dan dedaunan. Bila kemudian kita juga menanam buah dan sayuran, tentunya anak bisa belajar tentang beragam rasa. Untuk anak yang lebih besar, berkebun bisa menjadi sarana belajar yang lebih menyenangkan tentang tumbuhan dan alam, dibandingkan belajar teori semata. Dengan melakukan dan melihat langsung tentang cara menanam dan proses pertumbuhan tanaman, teori-teori abstrak yang ada di buku pun menjadi hidup dan nyata sehingga lebih mudah dimengerti.

Jika mengajak anak berkebun, salah satu risiko yang dihadapi adalah anak menjadi kotor karena bermain tanah dan juga air. Namun justru itulah unsur menyenangkan bagi anak, dan bisa menjadi daya tarik untuk berkebun. Kalau terlalu banyak ‘peraturan’, anak pun malas melakukannya. Tekankan pada mereka bahwa tidak semua benih tanaman akan tumbuh dan tidak semua tanaman akan sukses menghasilkan bunga. Bila gagal, mereka bisa belajar proses mana yang kurang tepat sehingga hasilnya bisa lebih baik. Ternyata, berkebun tak hanya menambah pengetahuan, tapi juga mendorong anak untuk mencintai lingkungan sejak dini. Ayo, ajarkan anak Anda untuk berkebun!





Kegiatan outing PAUD Citra Al Madina Padang ke Kebun Sayur-Sayuran di pinggiran Kota Padang (Kebun Karunia Allah SWT.). Sepulang dari outing, anak-anak-pun membawa sayur-sayuran, masing-masing satu ikat.

Sumber foto : FB Imla W. Ilham/Eriyanti Rusdi-2011

Pengenalan Pendidikan Pemadam Kebakaran sejak Usia Dini

Oleh : Imla Wifra, S.Ag (Kepala PAUD Citra Almadina Padang)

Pengenalan terhadap bagaiamana tata cara atau tata kerja personel Pemadam Kebakaran, tidak begitu familiar diketahui oleh banyak orang. Padahal, ibarat kebutuan masyarakat terhadap polisi yang menjaga keamanan masyarakat, pemadam kebakaran juga menjadi kebutuhan utama bagi kita semua, khususnya yang berada di daerah perkotaan. Dalam konteks ini, PAUD Citra Al-Madina Padang merasa perlu untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana tata kerja personel Pemadam Kebakaran. Disamping menumbuhkan empati pada siswa, outing ini juga menumbuhkembangkan pengetahuan siswa tentang efek dari kebakaran itu sendiri. Dibawah ini, saya posting salah satu "kesaksian" seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jerman tentang pengenalan sejak dini pada Pemadam Kebakaran. Berikut :

Sabtu siang, saya bersama teman-teman berkeliling Kota Aachen. Sesampai di kota tersebut, setelah menempuh perjalanan satu jam dari Maastricht, saya langsung disuguhi pemandangan yang membuat saya cukup terkejut. Banyak mobil dan petugas pemadam kebakaran. Saya kira terjadi kebakaran. Ternyata tidak. Untunglah. Petugas dan mobil pemadam kebakaran tersebut sengaja “dipamerkan” ke masyarakat. Sejenak saya memperhatikan aktivitas apa saja yang dilakukan. Ada fashion show yang diperagakan oleh anak-anak kecil. Mereka memeragakan berbagai aktivitas penyelamatan ketika terjadi kebakaran oleh petugas. Riuh tepuk tangan menyambut ketika satu per satu peragaan ditampilkan. Beranjak dari fashion show, saya kembali menyaksikan aktivitas yang mungkin cukup langka di Indonesia. Seorang petugas pemadam kebakaran mendampingi dan memberi petunjuk bagaimana cara memadamkan api melalui sebuah simulasi kepada anak-anak kecil. Satu per satu mereka bergiliran memegang semprotan air dengan bimbingan seorang petugas. Ketika berhasil memadamkan api, mereka bersorak.

Sebelum beranjak menuju beberapa tempat di Aachen, saya kembali melihat simulasi, namun kali ini dilakukan oleh orang dewasa. Dengan panduan seorang petugas pemadam kebakaran, seseorang mencoba memeragakan cara memadamkan api dengan sebuah tabung pemadam kebakaran. Setelah diberi petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan, orang tersebut beraksi. Pada mulanya ragu-ragu ketika mendekat di kobaran api. Namun akhirnya, dengan percaya diri orang tersebut menyemprotkan isi tabung pemadam kebakaran tersebut pada kobaran api yang sudah disiapkan sebelumnya. Dia berhasil memadamkan api itu dan tersenyum puas sambil bersalaman dengan seorang petugas pemadam kebakaran. Menurut saya, aktivitas simulasi seperti ini seharusnya dilakukan di Indonesia. Dengan kegiatan seperti ini, masyarakat akan dibekali pengetahuan dan ketrampilan menggunnakan tabung pemadam kebakaran yang sering tersedia dan terlihat di beberapa lokasi, misalnya gedung-gedung perkantoran. Saya tidak tahu persis apabila sampai terjadi kebakaran (tentu bukan sesuatu yang diinginkan), apakah setiap orang bisa menggunakan tabung pemadam kebakaran tersebut? Terus terang, saat menyaksikan peragaan di atas, saya baru menyadari bahwa saya belum pernah sekalipun belajar cara menggunakan tabung pemadam kebakaran. Membaca petunjuk yang tertulis sudah saya lakukan, namun praktek menggunakannya belum pernah saya lakukan. Ataukah saya yang terlalu katrok? Bagaimana dengan Anda?







Foto : Siswa PAUD Citra Al Madina Outing ke Dinas Pemadam Kebakaran Kota Padang
(sumber foto : koleksi Imla Wifra Ilham)


Sumber tulisan miring : www.winarto.in

Ketika Lebih Bangga pada Negara Lain

Oleh : Imla W. Ilham (KepalaPAUD Citra Almadina)

Tanggal 17 hingga 22 September 2011 yang lalu, Alhamdulillah, ilmu dan pengalaman saya ditambah Allah kembali. Saya berkesempatan mengikuti Pelatihan/Pendidikan "Penguatan Kurikulum PAUD Nasional". Kegiatan yang berlangsung di Komplek Panorama Regency, Nagoya Batam Kepulauan Riau ini diikuti oleh utusan dari Pengelola/Kepala Sekolah PAUD Unggulan masing-masing propinsi di Indonesia. Saya tak ingin menjelaskan seluk beluk kegiatan dan materi-materi yang dipaparkan karena bagi saya, kegiatan semacam ini sangat mencerahkan, sebagaimana kegiatan-kegiatan sejenis yang pernah saya ikuti beberapa waktu lalu. Saya hanya ingin menceritakan pengalaman yang bagi saya sangat menarik sekaligus ironis. Seperi biasanya, setiap kegiatan, apakah itu seminar ataupun pelatihan/workshop apalagi tingkat nasional, maka acara pembukaan kegiatan tersebut dihadiri oleh pejabat-pejabat tingkat daerah dan nasional. Sambutan-sambutan silih berganti. Berjenjang, dari yang jabatannya rendah hingga tinggi. Demikian juga halnya dengan kegiatan yang saya ikuti ini.

Karena kegiatan ini dilaksanakan di Batam, Propinsi Kepulauan Riau, maka pasti ada sambutan resmi dari pejabat daerah yang berhubungan dengan pendidikan PAUD. Kebetulan pejabat daerah yang memberikan sambutan ini adalah berjenis kelamin "wanita", tepatnya ibu-ibu. Pada awalnya saya beranggapan, ibu kita yang cantik ini (saya tidak menyebut namanya atau inisialnya) akan memberikan sambutan mengenai harapannya tentang kegiatan yang dilaksanakan, atau memberikan gambaran tentang perkembangan PAUD di daerah Batam, atau mungkin minimal mendeskripsikan dengan bangga mengenai kemajuan daerah Batam di semua lini, khususnya ekonomi dan pariwisata. Tapi saya merasa terkejut, ibu kita yang cantik ini bukannya memberikan sambutan tentang hal-hal yang berhubungan dengan PAUD (kalau-pun ada, porsinya teramat minim), beliau justru banyak "menceritakan" tentang Singapura. "Ibu-ibu, kami di Pulau Batam ini, lebih suka berkunjung atau liburan ke Singapura. Cukup dengan Rp. 300.000,- ibu-ibu sudah bisa bolak-balik ke negeri singa tersebut, dan bla.....bla....bla", katanya panjang lebar dengan wajah sumringah dan penuh kebanggaan mengkisahkan bahwa masyarakat Batam (mungkin beliau saja yang bangga) begitu bangga pergi ke Singapura daripada ke Jakarta atau ke lokasi-lokasi pariwisata di Batam. Alih-alih menceritakan tempat pariwisata di Batam, justru si ibu kita yang cantik ini justri "mensugesti" para pendengar untuk berpariwisata ke Singapura. Ironis !. Untunglah, ketika salah seorang pejabat PAUD dari pusat memberikan sambutan, pejabat yang juga wanita ini sedikit "menyindir" ibu kita yang cantik dan teramat bangga dengan Singapura tersebut. "Kita seharusnya menanamkan rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air kepada anak-anak sejak usia mereka masih dini. Bukan menanamkan kebanggaan terhadap negara lain pada diri mereka", kata ibu ini.