Salah satu Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Pusat Kurikulum adalah melaksanakan Pengembangan bahan ajar dan Standar Kompetensi PAUD Formal dan NonFormal, Standar Isi dalam pengembangan kurikulum untuk pendidikan usia dini, pendidikan dasar. Salah satu yang menjadi bagian dari pengembangan tersebut adalah melakukan kajian kurikulum dari berbagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang dijadikan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan standar dan bahan ajar Paud Formal dan NonFormal kurikulum yang menjadi tanggung jawab Pusat Kurikulum.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang utamanya adalah standar dan bahan ajar kurikulum mata pelajaran pendidikan dasar. Kegiatan di awali dengan penyusunan desain untuk menetapkan fokus pengembangan, selanjutnya melakukan kajian dokumen Standar Isi, pengembangan pelaksanaan standar isi, diskusi hasil pengembangan dokumen standar isi, diskusi hasil kajian pelaksanaan stadar isi, Studi dokumentasi standar isi, analisis data hasil kajian, penyusunan hasil pengembangan bahan ajar silabus, presentasi hasil pengembangan dan penyusunan laporan. Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini merupakan seperangkat kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapan usianya. Standar ini dikembangkan berdasarkan aspek perkembangan anak, yang meliputi:
- Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
- Perkembangan sosial, emosional dan kemandirian
- Perkembangan bahasa
- Perkembangan kognitif
- Perkembangan fisik/motorik
- Perkembangan seni
Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dini didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Salah satu penyebab utama dalam kesalahan mendidik adalah banyak para orangtua dan guru yang kurang menyadari cara-cara mendidik yang patut. Pada awal tahun 80-an mulai bermunculan berbagai kritikan terhadap kurikulum yang dianggap telah mematikan semangat dan kecintaan anak untuk belajar. National Association for the Young Children (NAEYC) sebuah organisasi yang muncul pada tahun 1980-an di AS merupakan gerakan yang berusaha mematut terhadap berbagai miskonsepsi dalam dunia pendidikan anak usia dini. Di sini berhimpun para pakar pendidik anak usia dini, dimotori Sue Bredekamp membuat petisi melalui “konsep DAP”. Terjemahan bebas konsep DAP (Developmentally Approriate Practice) merupakan pendidikan yang patut berorientasi tahap perkembangan anak. Setiap anak yang berusia 0-8 tahun memiliki pola perkembangan yang dapat diprediksi sehingga memudahkan dalam upaya memberikan pelayanan pendidikannya.
Penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak usia dini memungkinkan para pendidik melayani anak sebagai individu yang utuh (The Whole Child), yang melibatkan empat komponen dasar yang dimiliki anak, yaitu Pengetahuan, Ketrampilan, Sifat Alamiah, dan Perasaan yang bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Oleh karena itu jika sistem pembelajaran dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan maka perkembangan kepribadian anak akan tumbuh secara berkelanjutan. Hasil studi para pendukung DAP, metode ini memberikan lingkungan belajar yang senantiasa mendorong anak bereksplorasi, kreatif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar. Dampak terhadap perkembangan sosial-emosi menunjukkan bahwa anak usia dini yang dilayani dengan metode DAP mempunyai tingkat stress yang rendah dibandingkan anak-anak yang dilayani tanpa metode DAP. Sebuah studi lain juga melaporkan bahwa anak-anak usia dini yang berada dalam kelas non DAP memiliki tekanan dalam proses pendidikan karena mereka senantiasa diminta mengisi lembar kerta kerja yang kurang patut dan kurang menyenangkan anak.
:: disarikan dari beberapa makalah dalam "Pelatihan PAUD Unggulan se-Indonesia" di Grand Cempaka Hotel Jakarta, 9 - 12 April 2010
Penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak usia dini memungkinkan para pendidik melayani anak sebagai individu yang utuh (The Whole Child), yang melibatkan empat komponen dasar yang dimiliki anak, yaitu Pengetahuan, Ketrampilan, Sifat Alamiah, dan Perasaan yang bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Oleh karena itu jika sistem pembelajaran dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan maka perkembangan kepribadian anak akan tumbuh secara berkelanjutan. Hasil studi para pendukung DAP, metode ini memberikan lingkungan belajar yang senantiasa mendorong anak bereksplorasi, kreatif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar. Dampak terhadap perkembangan sosial-emosi menunjukkan bahwa anak usia dini yang dilayani dengan metode DAP mempunyai tingkat stress yang rendah dibandingkan anak-anak yang dilayani tanpa metode DAP. Sebuah studi lain juga melaporkan bahwa anak-anak usia dini yang berada dalam kelas non DAP memiliki tekanan dalam proses pendidikan karena mereka senantiasa diminta mengisi lembar kerta kerja yang kurang patut dan kurang menyenangkan anak.
:: disarikan dari beberapa makalah dalam "Pelatihan PAUD Unggulan se-Indonesia" di Grand Cempaka Hotel Jakarta, 9 - 12 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar